Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Kemarin Katanya Hari Guru

Bismillaah Waktu SMP bagiku bisa dibilang masa kejahilan, kerjaku sebagai siswa hanya main, mengerjakan tugas sekedarnya, di kelas tak memberi perhatian pada pelajaran. Alhasil nilai akhir banyak remedial, tapi tak membuat jera hingga aku lalaikan. Puncaknya terancam tak naik kelas. Tahun pertama yang menyebalkan. Aku ingat, hari itu aku memohon-mohon kepada guruku untuk menerima tugas remedialku. Meski aku tahu guru-guru tengah sibuk merekap semua nilai dan bersiap membagikan raport. Dengan wajah dan suara yang jelas kesal dan marah, guruku mengampuni dan menerima tugas tersebut. Aku selamat naik kelas, iya.. naik kelas percobaan. Aku tidak bodoh. Aku tahu itu, orangtuaku tahu itu. Meski bukan peraih juara kelas atau cerdas cermat, tapi setidaknya dalam setiap kenaikan kelas aku selalu masuk 5 besar atau 10 besar. Berkat naik percobaan itu aku trauma, akhirnya aku mulai agak serius belajar. Dan alhamdulillaah, di semester genap tahun kedua aku bisa pindah kelas dari kelas F ke kelas D

Ada

Bismillaah Ada hal yang perlu Ada yang lebih perlu Ada yang paling perlu Ada hal yang penting Ada yang lebih penting Ada yang paling penting Semua perlu Semua penting Letak yang berjajar pun harus diselesaikan satu persatu, bagaimana dengan yang bersusun? Jika mendahulukan yang penting di atas yang lebih penting atau bahkan yang paling penting maka pastilah susunan terberai dan pecah, kemudian kamu bingung mana yang harus kembali diprioritaskan. Allaahul musta'an.

Mie

Bismillaah "Aku mau buat mie instan, Mamah mau yang mie goreng atau mie rebus?" Maksudku, aku tak akan membuat mie yang mamah mau. "Mau mie goreng nanti nyicip aja, mie rebusnya buat Bapak kalau-kalau nanti malem mau buat mie.", jawabnya sambil tersenyum penuh maksud karena aku pura-pura cemberut saat tau mamah mau nyicip mie instan kesukaanku. Sejurus kemudian aku memasak mie tersebut, setelah matang langsung kusodorkan kepadanya. Hanya satu-dua suapan yang ia makan. Itu kejadian beberapa hari yang lalu. Hingga saat ini aku berpikir, bagaimana obrolan kami begitu tidak sinkron karena berbeda level pengorbanan. Aku sangat bersyukur memiliki orang tua seperti keduanya, yang rela memangkas bahkan membunuh keinginan diri demi kebahagiaan pasangan dan anaknya. Aku sering bertanya pada diri, apakah kelak.. saat aku memiliki pasangan, memiliki anak, aku dapat memiliki jiwa seindah itu? Benar.. memang benar. Bakti seluas langit dan bumipun tak mampu setara dengan pen

Menuju Pengabulan Doa

Bismillaah Hari ini aku sedang mengayuh menuju titik akhir pengabulan doa. Dan apakah kamu tahu? Ikhtiarnya, doa-doanya, kesemuanya adalah untaian pahala. Maka bagaimana aku tak bahagia jika segala sesuatunya tak ada yang sia-sia. Bersemangatlah aku! Bersemangatlah aku!

Berakhir dengan 'Hehe'

Bismillaah Dulu pernah liat video postingan Bung Fiersa terkait chatting sama mantan, ingin menyatakan perasaan bahwa masih kangen dan masih cinta, tapi ragu berkali diketik lalu dihapus, diketik, dihapus lagi, diketik, dihapus lagi, dan berakhir dengan 'Hehe'. Tapi kadang memang tak semua sesuatu perlu diungkap atau mungkin ia tak pantas diungkap atau tak berfaidah jika diungkap. Kenapa? Membuat suudzon orang bisa, menambah rasa tidak enak di hati iya, menimbulkan banyak prasangka dan tanda tanya emmmm bisa jadi... Sebagai bentuk merendam rasa juga kadang terjadi. Dan 'Hehe' kadang berhasil membungkam segalanya. Hehe. Setelahnya kadang aku bersyukur karena hal tersebut tidak jadi aku ungkap.

English

Bismillaah Ini cerita tentang aku dan bahasa internasional. Pertama kali suka bahasa Inggris itu sebelum masuk SD. Karena sering mendengarkan lagu Westlife aku menjadi tertarik untuk mempelajarinya. Setelah masuk SD, salah satu Uwa dari pihak Bapak (Uwa: Kakak dari Bapak dalam bahasa Sunda) memberikan aku kamus bergambar dengan cover Mickey Mouse warna-warni. Dibaca-baca, dihafalkan, senang sekali. Saat SMP ada satu guru yang sangat fluent dalam melafalkan kata-kata bahasa Inggris, cara beliau mendiktekan cerita selalu membuatku terkagum. Akupun makin girang, otomatis nilai bagus kukejar dengan semangat. Masuk SMA mulai aku kerucutkan itu. Aku semakin menyukai bahasa inggris disambut dengan guru yang begitu mahir dan menyenangkan. Aku mantap, ingin kuliah dengan jurusan bahasa inggris ke STBA. Hahahaha Tapi gitu ya, manusia berubah. Entah aku lupa bagaimana perasaanku saat itu. Sehingga akhirnya aku menomorsatukan ilmu keperawatan dan mengakhirkan bahasa inggris dipilihan kedua, k

Menjadi Penulis

Bismillaah Bernafas sebagai penulis Berbicara sebagai penulis Berjalan sebagai penulis Berpikir sebagai penulis Minum sebagai penulis Makan sebagai penulis Mandi sebagai penulis Duduk sebagai penulis Melihat sebagai penulis Mendengar sebagai penulis Merasa sebagai penulis Mencicip sebagai penulis Menyesap sebagai penulis Menulis sebagai penulis

Bukan Ukuran

Bismillaah Menyatukan dua kepala bukan perkara mudah. Aku terbayang kerumitan dan kegentingan operasinya. Tapi tentu saja hal itu tak etis dilakukan dalam dunia kedokteran, apalah jadinya cangkok otak? Sehingga orang-orang bodoh bisa mendapat kepintaran dan orang pintar tidak kebablasan. Bukan ide buruk ya? Tapi sekali lagi, tentu saja bukan itu maksudnya. Menyatukan dua kepala artinya menyatukan dua pemikiran supaya sejalan. Sungguh. Hal itu tidaklah mudah. Bahkan yang dielu-elukan oleh manusia bahwa cinta bisa mengubah segalanya, ah.. itu hanya bualan belaka. Dan tentang cinta, aku tak tahu apa bisa diukur? Supaya kelak dapat dikonversi dan dihitung, cinta sebesar apa yang bisa membuat manusia berubah. Aku menyaksikan kejadian nyatanya akhir-akhir ini. Pernikahan yang usianya sudah puluhan tahun pun tidak menjamin pemikiran akan selalu sejalan. Ya sudah jelas awalnya sudah beda, beda orang tua (yaiyalah), beda ruang bertumbuh, beda media berkembang, sehingga seiya-sekata