Langsung ke konten utama

Kemarin Katanya Hari Guru

Bismillaah

Waktu SMP bagiku bisa dibilang masa kejahilan, kerjaku sebagai siswa hanya main, mengerjakan tugas sekedarnya, di kelas tak memberi perhatian pada pelajaran. Alhasil nilai akhir banyak remedial, tapi tak membuat jera hingga aku lalaikan. Puncaknya terancam tak naik kelas. Tahun pertama yang menyebalkan. Aku ingat, hari itu aku memohon-mohon kepada guruku untuk menerima tugas remedialku. Meski aku tahu guru-guru tengah sibuk merekap semua nilai dan bersiap membagikan raport. Dengan wajah dan suara yang jelas kesal dan marah, guruku mengampuni dan menerima tugas tersebut. Aku selamat naik kelas, iya.. naik kelas percobaan.

Aku tidak bodoh. Aku tahu itu, orangtuaku tahu itu. Meski bukan peraih juara kelas atau cerdas cermat, tapi setidaknya dalam setiap kenaikan kelas aku selalu masuk 5 besar atau 10 besar. Berkat naik percobaan itu aku trauma, akhirnya aku mulai agak serius belajar. Dan alhamdulillaah, di semester genap tahun kedua aku bisa pindah kelas dari kelas F ke kelas D - sistem kelas di sekolah kami berurutan dari kelas yang terpintar (kelas A) hingga yang 'terbodoh' (kelas J).

Ada hal lain yang aku fahami saat itu, tak ada anak yang benar bodoh yang ada hanyalah anak yang malas atau anak yang kurang beruntung sehingga tidak mendapat akses pendidikan yang baik.

Seorang guru sejarah waktu itu - semoga Allah menjaga beliau, bercerita.. ah iya, guru ini lebih senang bercerita dibanding mengajar mata pelajaran yang diampunya. Satu kalimat yang beliau utarakan masih membekas maknanya dalam dadaku hingga kini. Aku tak ingat pasti kalimatnya, intinya "Jangan menghina atau mematahkan semangat seorang anak untuk sekolah hanya karena nilainya jelek, kita tidak tahu takdir apa yang telah Allah siapkan di masa depan."

Dan guru yang memberiku kesempatan untuk tetap naik kelas menyelamatkanku dan memberiku semangat untuk berubah. Jika saja saat itu aku tak naik kelas, dengan mental letoy bak agar-agar yang diinjak langsung ambyar, aku tak tahu bagaimana nasib pendidikanku saat itu.

Tapi karena kejadian naik kelas percobaan itu, aku menjadi lebih giat belajar. Sehingga sampai pada sekolah menengah atas, bahkan hingga menempuh pendidikan tinggi.

Terima kasih Pak.. Bu.. atas jasa yang mungkin sudah tak engkau ingat lagi. Diantara ribuan murid yang telah engkau ajar pastilah pahala dari kebaikan yang telah engkau ajarkan akan menjadi syafaat yang menuntunmu memasuki surga.

Jazaakumullaahu khayran katsiiran.

Komentar