Langsung ke konten utama

New Journey

Bismillaah


Aku teringat ucapannya malam itu. Katanya setiap rumah tangga pasti akan menemui ujiannya. Entah dari pasangannya, entah keluarganya, entah orang-prang sekitarnya. Jika tidak dari situ, mungkin dari hartanya, mungkin dari kesehatannya. Pasti.. kita pasti akan menghadapi salah satu ujian itu.


Iyaaa.. Bulan pertama pernikahan yang begitu mulus tanpa cela. Kita merasa Tuhan terlalu memberi banyak nikmat dalam pertemuan kita. Nikmat fisik, nikmat hati, nikmat harta, puncaknya anugerahkan kita calon keturunan. Tak lama bahagia itu hadir, dokter mendiagnosis bahwa kandunganku lemah dan terancam keguguran. Seminggu kemudian kondisi pun belum jua membaik, sampai dokter setengah jalan memvonis bahwa kehamilan ini kemungkinan tidak berkembang, bakal janin tidak terlihat tandanya.


Sedih.. Merasa bersalah.. Kehamilan yang begitu diharapkan berada diujung tanduk. Kita mencoba terus meraba dan perlahan menerima segala ketentuanNya. Berharap hati ini segera ridho tanpa ada setitikpun rasa kecewa atas takdir.


Kami berpasrah, berikhtiar, terus meminta tolong kepada Allah. Kami sudah ikhlas atas apapun yang akan terjadi di masa depan kelak. Jika memang sudah waktunya rezeki keturunan itu hadir, maka tidak akan ada yang mampu menghalanginya. Alhamdulillaah berbulan-bulan kami lewati dengan harap-harap cemas. Dan hari ini sudah 18 Minggu usia janin yang ada dalam rahimku, dokter menerangkan bahwa kondisinya sangat baik namun tetap harus terus dijaga.


Minggu tenang.. lebih dari 2 minggu setelah aku dinyatakan lulus bedrest untuk optimalisasi perkembangan janin. Ujian kembali hadir, suamiku tiba-tiba sakit. Aku begitu khawatir, begitu kehilangan, begitu sedih, begitu merasa tak mampu berbuat banyak untuknya. Aku yang baru bangun dari 'tidur panjang' sekian bulan kini harus gesit merawatnya. Dilema datang ketika aku terlalu banyak bergerak, perutku sakit dan khawatir itu mempengaruhi kandunganku. Aku sebagai istri merasa gagal, belum bisa sepenuhnya melayani dan merawat suami saat kondisinya sedang lemah.


Berangsur sembuh. Kami berharap 2 atau 3 hari lagi kondisi fisiknya akan pulih penuh. Namun dini hari tadi, semua terasa begitu mimpi. Suamiku tiba-tiba merasakan nyeri perut hebat yang tidak berkurang dengan terapi apapun. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Dan ternyata setelah berbagai tindakan dan pemeriksaan, dokter mendiagnosis bahwa suamiku mengidap COVID-19. Kami keluarga yang serumah harus diperiksa dan isolasi di rumah.


Semoga Allah angkat segala penyakit dalam tubuh kami dan semua yang sakit. Semoga Allah sabarkan, kuatkan keimanan dan keikhlasan kami dalam menjalani segala takdirNya. Aamiin allaahummaa aamiin.


Wage, 8 Syawwal 1442 H

Komentar