Langsung ke konten utama

----------

Bismillaah

Kembali. Kita saling berkabar. Ternyata kabar bahagia yang ia sampaikan dengan semangat beberapa hari lalu kemudian berubah begitu kelabu, begitu mendung, berakhir hujan air mata dengan langit yang kian menggelap.

Siapa wanita yang tidak kecewa, tidak sakit hati, tidak malu, jika lelaki yang telah berniat dan telah bersiap untuk menikahinya tiba-tiba mengubah haluan.. Mungkin, jika itu sebuah perjalanan berlayar sang wanita sudah menceburkan diri ke lautan lepas, agas semua beban hatinya juga lepas, bahkan ia tak peduli jika saja nyawanya pun terlepas.

Aku setidaknya bisa merasakan menguapnya sesak dan nyeri itu. Hingga aku merasa aku tak bisa diam saja di rumah. Aku harus datang secara nyata padanya. Memeluknya, menenangkan, mendengar seluruh jerit hatinya, lebih-lebih membuat ia pulih. Untuk kembali bisa semangat untuk tetap hidup.

Tapi bagaimana dengan jarak sekian kilometer itu?
Dengan izin yang tidak diberikan oleh ibu dan bapakku?
Bagaimana dengan urusan-urusanku yang juga belum usai?
Tapi ia tak punya keluarga seperti aku, dia tidak punya tempat berpulang dan kembali seperti aku.
Dia sendiri. Bagaimana aku bisa membiarkannya?
Sedangkan mungkin saja aku menjadi sebab celaka atau selamatnya.

Laa haulaa walaa quwwata illaa billaah..
Hasbunallaah wani'mal wakiil..
Allah sebaik-baik penjaga..
Maka aku titipkan kepadaMu, Wahai Rabbku dan Rabbnya..
Jagalah, berikanlah ia hidayah untuk tetap di jalanMu..

Komentar