Langsung ke konten utama

Mengulang Air Mata

Bismillaah

Ia, mengulang air matanya dua puluh tahun lalu.

Kala itu ada gadis kecil kurang dari lima tahun berlarian di luar halaman rumahnya, mungkin sedang main. Seorang ibu muda menatapnya dari kejauhan, tiba-tiba ibu tersebut menangis. Lalu tangisannya semakin keras hingga mengusik sang suami yang kemudian bertanya, "Kenapa?"

Tapi ia terus menangis, tak lama kemudian menjawab dengan suara tak jelas karena tangisnya tak kunjung reda. Katanya, ia tak rela anak gadisnya tumbuh dewasa, ia sedih membayangkan kelak anak perempuan pertamanya itu akan pergi, akan menikah dan kemudian meninggalkannya.

Malam itu, ia mengulang air matanya yang dua puluh tahun lalu mengalir deras. Mungkin kini rasanya lebih berat, lebih menguras, karena mungkin kesedihannya akan mewujud nyata. Namun aku hanya melihat sedikit isak dan sedikit linangan yang segera ia hapus.

Kemudian kembali dengan candanya yang khas. Katanya, Rapunzel sejati akan segera *ngajadikeun*, rambut putih yang perlahan semakin banyak itu kini ingin segera diakui dengan panggilan "Nenek".

Komentar