Langsung ke konten utama

Membangun Komunikasi Asyik Bersama Pasangan

Bismillaah

Bersama Ustadzah Ummu Ihsan, Hafidzahallah

-----

MATERI

Harus berusaha keras untuk mencapai rumah tangga harmonis. Harus bermujahadah. Jangan bermalas-malasan. Harus senantiasa sadar bahwa pemilik karunia hanyalah Allah. Tidak ada kebaikan tanpa pertolongan Allah. Harus benar-benar isti'anah kepada Allah untuk mendapat keharmonisan rumah tangga, supaya semakin dikuatkan dalam cinta kasih dengan pasangan. Jangan lemah. Jangan menyerah kepada keadaan, jangan menyerah kepada kelemahan. Usaha dulu maksimal, hasilnya tawakkal. Jika Allah tetap takdirkan, maka qaddarallaah wamaa syafa'al.

Kunci komunikasi dengan pasangan :

1. Meluruskan niat.
Harus jelas tujuan berumah tangga untuk apa. Niat harus dijaga sebelum dan selama kita menikah bahkan sampai dipisahkan oleh maut. Usaha, kesungguhan untuk membangun hubungan yang baik harus dimiliki oleh kedua belah pihak. Pilih suami yang baik agama dan akhlaqnya. Jangan pilih lelaki yg keras, kasar, dan sombong. Jika sudah terjadi memiliki suami yang berakhlaq kurang baik, jangan berandai-andai. Perbaiki mulai dari diri sendiri, mudah-mudahan suami menunjukkan perubahan lebih baik. Tanya kembali pada diri, "Niat nikah mau apa?" Harus benar-benar ikhlas karena Allah, mengharap ridho Allah, harus ingin surga Allah. Dan harus sabar untuk mencapai surga Allah. Jika kedua pasangan bertujuan kepada akhirat, pasti tidak akan bertengkar dalam masalah sepele. Allah pun akan mengaruniakan kekayaaan dan kecukupan dalam hatinya dan Allah akan memudahkan urusannya. Karena jika aku dan suamiku masuk surga maka segalanya akan berubah sempurna, cinta yang sempurna. Jika sebuah hubungan diridhoi Allah maka segalanya akan mudah. Dan dunia akan mendatangi keduanya dalam keadaan hina. Jika seorang mengharapkan dunia, maka Allah akan porak porandakan urusannya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali hanya yg menjadi bagiannya. Dia akan terus merasakan kurang, maka hati jadi sempit hingga komunikasi sulit. Perbaiki hati, maka lisan dan perbuatan kita akan baik.

2. Berusahalah untuk mengenali karakter pasangan
Dari sejak awal menikah kenali sifat, pola pikir, apa yg disukai dan tidak disukai. Kehidupan rumah tangga bukan sebentar, bisa berpuluh tahun lamanya dan itulah harapan kita. Berusahalah sedetail mungkin mengenal pasangan kita, sehingga tergambar langkah jelas dalam kita bermuamalah dengannya. Ingatlah pasangan kita berasal dari latar belakang yang sangat berbeda. Tidak mungkin ada suami-istri yg memiliki kecocokan 100%. Bisa jadi karakter suami-istri bertolak belakang. Harus bisa menyikapi secara bijak atas segala perbedaan dengan suami. Saat ada karakter yang bisa memicu perselisihan, kita harus paham bahwa ini sunnatullah. Karena bersama tidak harus sama. Karena perbedaan itu memecah kejenuhan dan kebosanan. Kecocokan dan perbedaan harus disikapi secara apik dan bijak. Temukan sebanyak-banyaknya kesamaan dan perbedaan dengan pasangan. Ketika perbedaan itu disikapi bijak maka kebaikan akan datang. Seperti layaknya suatu masakan, semakin banyak bumbu semakin banyak rasa dan akan menimbulkan kenikmatan serta bernilai tinggi. Jika karakter sama semua, rumah tangga akan hambar. Namun jika perbedaan disikapi baik maka cinta itu akan hadir dengan berjuta cita rasa. Jangan memaksakan kehendak pribadi kepada pasangan sehingga komunikasi rusak. Jangan selalu merasa tidak cocok terus, tapi harus luwes, cerdik, dan cerdas. Perbedaan harus menjadi pilar-pilar yang membawa kebahagiaan. Karena kelak akan ada satu titik temu kita akan saling mewarnai. Jangan menuntut pasangan menjadi seperti kita. Memang perlu waktu, perlu kesabaran. Namun terus pupuklah sifat empati, "Kalau aku jadi dia bagaimana?" Harus merubah diri menjadi lebih baik sejalan dengan apa yang pasangan inginkan. Semakin lama semoga chemistry dan keharmonisan semakin tercipta.

3. Akhlaq yang mulia
Nabi shalallahu alayhi wasallam memberikan arahan, bahwa kunci membina hubungan dengan Allah adalah taqwa, sedangkan kunci hubungan manusia adalah dengan akhlaq mulia. Iringi keburukan dengan kebaikan, dan berikan akhlaq mulia. Orang yang paling dekat dengan kita paling sering berinteraksi adalah suami. Maka perbaikilah akhlaq dengan suami. Perbaiki hati, jauhi sifat membenci, bermusuhan, mudah tersinggung. Harus berlapang dada, mudah memaafkan, penuhi hati dengan cinta dan kasih sayang. Jika sempat sakit hati maka segera memaafkan. Berdamailah dengan perasaan atas segala ketidaknyamanan dengan pasangan. Jangan menginapkan masalah, karena komunikasi akan terganggu. Harus terus menata hati, lapang menghadapi kekurangan suami, hal-hal yg membuat kecewa atau kesal minta tolong sama Allah untuk dilapangkan hati. Ingat kebaikan-kebaikan suami, karena jika kufur Allah akan marah, maka jagalah suami. Terus cintai apa adanya, jangan cinta bersyarat. Suasana hati kita akan bisa dirasakan oleh hati suami, #resonansi. Usahakan selalu berwajah ceria, karena itu adalah awal komunikasi yang baik. Pecahkan masalah dengan keceriaan wajah karena itu adalah akhlaq yg baik. Harus berwajah berseri di hadapan suami, supaya komunikasi baik dan nyaman. Perhatikan baik-baik, setelah wajah ceria maka akan berpengaruh terhadap lisan yang baik. Ingat batu bata (bahasa tubuh dan bahasa kata-kata). Mimik dan gesture harus elok dan simpati, berikan tatapan, belaian, sentuhan, karena bahasa tubuh itu penting. Kemudian yang terlontar dari mulut istri harus thoyyibah, kata-kata yang baik dan lembut, tidak boleh kasar. Karena tidak ada kelembutan yang melekat pada sesuatu melainkan akan menjadikannya indah, dan sebaliknya jika kelembutan itu tercabut maka akan menjadikannya buruk (al Hadits). Harus lembut dan menggoda, baik dan enak didengar. Terus ajarkan kebaikan dan sampaikan kebaikan. Dan permudah urusan, jangan dipersulit. Berikan kabar gembira dan jangan buat orang menjadi menjauh dari kita. Harus ada kecerdasan linguistik, redaksi dan kata-kata harus membuat orang nyaman dan gembira mendengarnya. Tidak mencela, memojokkan, menyalahkan, mendikte. Namun ucapkan kata-kata yang membuat hati pasangan tenang. Lembut dan jauh dari teriakan dan sifat kasar. Akhlaq istri adalah bagaimana memberikan hikmad kepada suami. Sebanyak mungkin seorang istri harus memberikan manfaat kepada suami, karena itu akan membuat hati suami lapang. Semakin lapang hati suami, komunikasi akan semakin lancar. Ingatlah, jangan membuatnya marah!

-----

SESI TANYA JAWAB

1. Ditinggalkan suami mengurus ibunya.
Ikutlah kemanapun suami pergi. Bersamai ia dalam segala kondisi, baik susah maupun senangnya. Beri dukungan semaksimal mungkin untuk suami. Beri bantuan secara moril serta minta tolonglah kepada Allah.

2. Menjadi istri kedua.
Kalau sudah terjadi maka semua adalah takdir Allah. Tidak ada satupun kejadian kecuali atas kehendak Allah. Hidup itu ujian apapun kondisinya. Saat melangkah maka kita harus sudah mengetahui jalan yang akan ditempuh dan resiko yang akan ditanggung atas pilihan tersebut. Harus lebih kuat. Karena tidak ada paksaan atas segala keputusan kita. Banyak minta pertolongan kepada Allah.

3. Trauma dipukuli orang tua.
Teruslah memperbaiki diri sebelum jodoh datang, hilangkan trauma. Dan jika jodoh sudah datang janganlah takut, melangkahlah. Ingat bahwa laki-laki baik untuk perempuan baik dan perempuan baik untuk laki-laki baik (al Ayat). Bukalah pergaulan, karena di luar sana banyak laki-laki baik yang akan menuntunmu ke surgaNya.

4. Menghadapi suami yg temperamen.
Bersyukurlah, karena itu lebih baik daripada tidak memiliki suami. Carilah kebaikan atau kelebihannya agar bisa mensyukuri kehadiran dia. Selidiki sebabnya mengapa suami marah. Banyak berdoa kepada Allah, pelajari sebab kemarahannya dan hindari sebab tersebut. *Noted, jangan jadi suami yang mudah mengucapkan kata talaq.

5. Dilamar namun diminta menunggu 1,5 tahun.
Tidak ada konsekuensi atas niat menikahi seorang gadis jika waktu tunggunya masih lama bahkan bertahun-tahun. Silahkan saja jika mau menunggu, namun tidak ada ikatan apapun.

6. Menyikapi suami yang belum berhijrah
Akui kesalahan kita dihadapan Allah, mohon ampun, dan minta tolong kepada Allah. Hidayah bukan ditangan kita, pemilik hidayah itu Allah. Rasulullaah, Nabi Nuh, Nabi Luth, juga tidak mampu memberi hidayah kepada orang terdekatnya. Jangan menggerutu dan marah-marah, dan membuat sikap kepada suami jadi buruk. Karena bisa jadi dosa kita dengan berahklaq buruk kepada suami lebih besar daripada dosa suami. Ingatlah ancaman neraka bagi wanita yang kufur atas suaminya. Syukuri segala nikmat yang Allah berikan melalui kehadiran suami. Dakwah hanya menyampaikan, diterima atau tidak maka tanggung jawab kita sudah selesai. Jangan sampai kufur nikmat. Urusan amal pribadi maka itu urusan masing-masing. Berusahalah agar hubungan tetap baik, manis, harmonis. Yang penting sudah ingkar mungkar. Hubungan cinta dan kasih sayang harus dijaga, jangan diperkeruh.

7. Menyikapi suami yg perhitungan pada istri tapi sangat baik pada ibunya dan ibu kita.
Tidak ada kesempurnaan di dunia ini. Selama hak-hak utama diperhatikan dengan baik, nafkah dipenuhi dengan tanggungjawab maka berikan banyak-banyak toleransi. Ingatlah bahwa ibu kita dan ibu suami bukan rival kita. Jika ingin sesuatu harus meminta tidak apa-apa, tapi lebih baik tidak ingin apa-apa. Hitung-hitung juga apakah kebutuhan itu primer, sekunder, tersier. Coba dimengerti bagaimana cara menyampaikan keinginan kepada suami dengan baik. Dipancing, jangan secara langsung. Jangan jadikan masalah sepele masalah yang menjadi masalah besar. Jangan menjadi istri yang konsumtif.

8. Menyikapi orang tua temperamen
Menjadi juru damai bagi orang tua itu yang terbaik. Jika terjadi perceraian maka lakukan dengan cara yg baik tidak menyisakan permusuhan, kebencian. Jika kita punya kedudukan dan pengaruh maka perbaikilah, sampaikan bagaimana Islam mengatur. Perjelas masalah harta antara suami istri. Jika terjadi hal yang tidak diinginkan akan mempermudah proses pembagian harta. Usulkan diangkat ke pengadilan atau utus orang yg bisa menjadi solusi yg terbaik.

Wallaahu a'lam bish showab.

----------
Baarakallaahu fiik Ustadzah, Jazaakillaahu khayran.

Komentar