Langsung ke konten utama

Dewasa

Bismillaah

Aku sering bertanya-tanya apa aku sudah dewasa untuk menjalani kehidupan menjadi orang dewasa?

Katanya, menjadi orang dewasa harus banyak mengalah, mengerti bagaimana seharusnya bersikap kepada siapapun, tenang dan bijak saat menghadapi masalah, melihat sesuatu tidak hanya dari satu sudut pandang saja, memikirkan kemaslahatan bersama, lalu berempati terhadap penderitaan orang lain.

Katanya, menjadi dewasa harus siap menanggung luka, dipaksa terus menegak cawan kenyataan meski pahit ketir terasa, ia tak lari dari masalah menghadapi tanpa lelah, tidak adalagi waktu lama untuk bersantai, tidak ada lagi wkatu untuk berlibur, setiap hari pekerjaan demi pekerjaan harus dilakukan demi masa depan yang harus terus diperjuangkan.

Bagaimana? Bukankah menjadi orang dewasa begitu banyak hal yang tidak menyenangkan?

Tapi menjadi orang dewasa bukanlah sebuah pilihan melainkan keniscayaan. Kehidupan akan terus menempa manusia untuk terus tergerus waktu. Baik ia tertawan dalam dirinya di masa lalu atau ikut mendewasa bersama waktu atau melesat lampauinya. Mereka yang terkurung dengan dirinya yang dulu sering disebut "masa kecil kurang bahagia", belum selesai dengan egonya, menjadi orang dewasa yang belum dewasa.

Jika orang dewasa hanya berdasar rentang usia, tentu semua bisa dianggap orang dewasa. Jika status pernikahan menjadi lambang orang dewasa, tentu mudah sekali menamai orang dewasa. Tapi ternyata menjadi dewasa dan menjadi orang dewasa sangatlah berbeda. Dan menjadi orang dewasa yang benar dewasa merupakan usaha seumur hidup yang harus terus dipelajari, diamati, diaplikasikan, dan diperbaiki. Agar tidak ada lagi anak yang menjadi korban ketidakdewasaan orang tuanya sehingga banyak hak anak terlanggar, banyak kewajiban orang tua terlalai, sehingga terus menciptakan lingkaran setan yang tak kunjung putus.

Komentar