Langsung ke konten utama

Apa yang diharapkan dari seorang anak perempuan?

Bismillaah

Sejak zaman jahiliyyah anak perempuan menjadi korban ketidakadilan adat.
Bahkan saat mendengar bahwa istrinya melahirkan anak perempuan muka mereka merah padam saking malu dan marahnya.

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah , Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
(An Nahl : 58)

Mereka yang hadir di zaman ini pun tak jauh berbeda. Menganggap anak perempuan tidak berguna, betapapun tinggi pendidikannya, betapapun cemerlang karirnya.
Karena akhirnya, anak perempuan akan diambil oleh lelaki yang menjadi suaminya.
Orang tuanya? Tak bisa apa-apa karena sudah begitulah kodratnya.

Lalu para orang tua ada secarik rasa iri kepada mereka yang punya anak lelaki, yang akan terus bekerja dan berbakti meski sudah berkeluarga. Ada yang membantu mereka saat sudah tua.

Sedangkan mereka yang punya anak perempuan tidak bernasib sama. Anak perempuannya berada di dalam kendali orang lain, tidak boleh berbuat tanpa seizin suaminya.

Tetap saja ternyata, kebiasaan orang-orang terdahulu menjadi panutan. Hingga anak perempuan tetap menjadi bulan-bulanan. Terutama bagi ayahnya yang sudah lelah menafkahi. Ingin rehat di masa tua, ingin ongkang-ongkang bersama istri tercinta. "Biarlah hari ini gantian, anakku yang kerja, aku berleha-leha."

Padahal..
Nabi shallallhu ‘alaii wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, kemudia dia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anak perempuan tersebut akan menjadi penghalang dari siksa api neraka.”
(H.R Muslim 2629)

“Siapa yang menafkahi dua atau tiga anak perempuan atau saudara perempuan, hingga mereka menikah atau sampai dia mati, maka aku dan dia seperti dua jari ini.”
Beliau berisyarat dengan dua jari: telunjuk dan jari tengah.
(HR. Ahmad 12498 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).


Referensi :

- https://muslim.or.id/10677-ganjaran-memelihara-dan-mendidik-anak-perempuan.html
- https://konsultasisyariah.com/22876-keutamaan-anak-perempuan.html

Komentar