Langsung ke konten utama

Memutus Rantai

 Bismillaah


Hari ini dapet cerita. Bukan cerita yang bahagia. Sedih dan agak nyesek. Memang tidak ada yang lebih menyedihkan dari kurang harmonisnya hubungan orang tua dan anak.

Fenomena hijrah kadang mengantarkan anak pada sisi merendahkan orang tua, karena merasa diri lebih berilmu. Padahal itu adalah salah satu ciri jelas bahwa ilmunya emang masih kosong.

Tapi mau bagaimana lagi? Anak tetap akan menjadi anak, orang tua akan tetap menjadi orang tua. Setiap orang yang menyesal atas kesalahan diri pasti tidak ingin dirinya seperti itu di masa lalu. Begitu juga si anak, begitu juga si orang tua.

Jika lebih dilunakkan lagi egonya, jika lebih dilapangkan lagi hatinya. Apalagi bagi mereka yang sudah faham kaidah-kaidah yang benar sebagai tuntunan. Seharusnya mampu untuk lebih bersabar atas yang lainnya. Memberi banyak kelonggaran atas perbedaan input dan lingkungan yang sungguh sangat jauh.

Dan jika ditelisik lagi lebih dalam, tidak ada yang sungguh menginginkan perpisahan bukan? Bersama dalam keabadian nikmat tentu lebih nyaman dan selamat dibanding harus saling tuduh, saling menyalahkan, saling menjerumuskan kepada kekalnya kepedihan.

Sehingga bertahan, terus mendoakan, terus berbuat baik hingga Allah anugerahkan nikmatnya saling mengingatkan dalam ketaatan demi berkumpul kembali Surga yang penuh kebahagiaan.

Komentar