Langsung ke konten utama

Hari Seratus

Bismillaah


Teringat kisah hari 100, saat itu Rasulullaah - shallallahu 'alayhi wasallam - membagi-bagikan harta rampasan perang di lembah Hunain kepada para petinggi kaum yang masih mualaf, masih lemah imannya. Mereka memperoleh harta yang sangat banyak, setiap orang mendapat ± 100 ekor unta, 100 uqiyah emas, 100 uqiyah perak, 100 ekor domba, dan 100 lainnya. Semua orang menerima harta rampasan, kecuali kaum Anshar, orang-orang asli Madinah yang menjadi penolong Nabi dan kaum Muhajirin. Mereka tidak mendapatkan sedikitpun harta.


Kaum Anshar pun terasa mengganjal dalam hatinya, mereka terpukul, sebagian mereka saling berbicara, "Mengapa ya Rasulullah melupakan kita? Apakah karena Rasulullah sudah bertemu dengan kaumnya, sudah ke Mekkah, sudah menang, sudah membebaskan kaumnya sehingga lupa dengan kita?"


Salah satu pimpinan mereka yaitu Sa'ad bin Ubadah - radhiyallahu 'anhu - akhirnya menghadap kepada Rasulullah - shallallahu 'alayhi wasallam - dan berkata, "Wahai Utusan Allah, sesungguhnya Anshar memiliki beban pada jiwa mereka terhadap keputusan Anda." Kata Nabi, "Kenapa?" Dia menjawab, "Karena Anda membagikan ghanimah untuk seluruh orang kecuali Anshar." Kata Nabi, "Bagaimana dengan engkau, hai Sa'ad?" Dia mengatakan, "Aku juga hanya bagian dari kaumku." Maka Nabi - shallallahu 'alayhi wasallam - mengatakan, "Kumpulkan kaummu, jangan tinggalkan satupun dari Anshar kecuali sudah berkumpul. Dan tidak boleh ada yang hadir kecuali Anshar."


Setelah mereka (Kaum Anshar) berkumpul, Nabi - shallallahu 'alayhi wasallam - berkhutbah di hadapan mereka, setelah tahmid, shalawat untuk diri beliau, beliau bersabda, "Wahai kaum Anshar, bukankah aku datang di saat kalian sesat, lalu Allah beri hidayah? Bukankah saat aku datang kalian miskin, lalu Allah kayakan kalian? Bukankah aku datang saat kalian berpecah belah, lalu kalian disatukan oleh Allah? Bukankah terkalahkannya Yahudi (musuh kalian) itu dengan datangnya aku?" Setiap pertanyaan Nabi, selalu dijawab kaum Anshar dengan, "Allah dan Rasul-Nya pemilik karunia dan kebaikan."


Lalu Nabi berkata lagi, "Dan pastilah kalian juga benar, kalau kalian berkata, 'Hai Muhammad, engkau telah datang kepada kami dalam keadaan tersesat lalu kami menerimamu (kamu tidak tahu harus kemana, lalu Madinah menerimamu)? Datang dalam keadaan miskin dan kami memberimu, terusir dan kami melindungimu?" Kaum Anshar serentak menjawab, "Sungguh milik Allah dan Rasulnya karunia dan kebaikan."


Nabi - shallallahu 'alayhi wasallam - lalu bersabda, "Wahai Anshar, apakah kalian kecewa karena aku telah mengobati dan mengokohkan hati orang-orang lemah dan aku bergantung dengan iman mereka, aku berikan itu karena mereka bisa murtad, mereka masih mualaf, sementara aku melihat kalian beda, kalian adalah orang-orang yang sudah tertanam iman dalam hatinya. Bagaimana pendapat kalian wahai Anshar, sementara manusia membawa unta dan kambing, dan kalian membawa pulang Rasulullah."


Maka serentak waktu itu seluruh Anshar menutup wajah-wajah mereka sambil menangis dan berkata, "Kami telah ridho dengan Allah dan Rasul-Nya. Kami telah ridho dengan Allah dan Rasul-Nya." Mereka terus menangis sampai suara mereka terdengar ke seluruh penjuru lokasi pada saat itu.


Maka saat itu Nabi berdoa kepada Allah, "Ya Allah, kasihanilah Anshar, dan anak-anak Anshar juga cucu-cucu Anshar. Ya Allah berkatilah, Rahmatullah Anshar dan anak-anak Anshar dan keturunan-keturunan Anshar. Ya Allah musuhilah semua yang memusuhi Anshar dan kasihanilah semua yang mengasihani Anshar." Maka seluruh Anshar saat itu bergembira dengan doa Nabi dan akhirnya mereka menerima keputusan itu.


----------

Sumber : Kajian Ustadz Khalid Basalamah, Sirah Nabawiyah - Kisah Perang Hunain

Komentar