Langsung ke konten utama

Ketidaktahuan

Sejak kecil aku tak tahu tentang cita-cita
Umumnya anak-anak yang ikut-ikutan
Aku hanya bilang juga bahwa aku ingin jadi dokter, atau ingin jadi guru
Dulu, kegemaranku adalah mewarnai
Gambar-gambar hasil print di kertas HVS yang dijual seratus rupiahan
Besoknya kalau gambarmu bagus, Mang-Mang yang menjual gambar cetak tadi akan mengapresiasi hasil kerja kerasmu dengan hadiah
Pernah berkali, aku mendapat hadiah poster dengan berbagai macam karakter
Bahagia
Tapi kemudian aku tak mewarnai lagi
Ya begitulah, aku tak pernah terus saat menekuni sesuatu
Mudah menyerah
Mudah kalah

Menginjak SMP
Aku dipaksa mengikuti ekskul bola voli
Tidak suka!
Tanganku memar-memar
Seringkali bolanya nyasar ke badan bahkan ke wajah
Uh! Sangat menyebalkan
Pindah haluan, akhirnya aku memutuskan mengikuti ekskul badminton
Menyenangkan!
Sayang, telat! Di akhir kelas IX aku baru menyadari apa yang aku suka

Masuk SMA
Ekskul tak ada yang menarik bagiku
Ketertarikanku berpindah kepada bahasa inggris
Ada english club yang hanya 2-3 orang saja pesertanya
Tapi cukup membantu penyaluran kegemaranku
Dunia literasi mulai kujajahi pula
Semakin aku tahu bahwa sastra dan bahasa inggris adalah duniaku
Namun dasar kelabilanku
Menjelang akhir sekolah tiba-tiba aku menginginkan yang lain-lain
Takut terjerembab dalam dunia yang terlalu individualis
Akhirnya aku memutuskan untuk mencoba peruntungan di dunia kesehatan
Hubungan manusia

Sekedar mengikuti saran
Sekedar mencari jalan untuk segera membantu keluarga
Akhirnya aku pilih keperawatan
Tanpa tahu bagaimana dunia baru itu sesungguhnya

Alhamdulillaah! Allah berikan jalannya
Keinginanku untuk mencari jati diri
Keinginanku untuk terus belajar
Keinginanku untuk bisa mengubah perilaku dan pribadi

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran kemudian menjadi saksi bisu jadinya aku yang sekarang ini
"Tersesat di jalan yang benar."
Itulah term yang cocok bagiku di sini
Mengalahkan diri, memindahkan hati, memaksakan kehendak, mengharuskan keinginan, menumpas segala keluhan.
Jatuh-bangun, suka-duka, benci-cinta, akhirnya mensintesa pribadi menjadi semakin berdikari.
Kegalauan demi kagalauan telah semakin mendewasakan.
Kepedihan jua kesedihan telah semakin menguatkan.

Terima kasih Ya Allah..
Memberikanku tempat untuk belajar, memberikanku tempat untuk berilmu, memberikanku tempat untuk menempa diri, memberikanku tempat untuk mengasah hati.
Aku sangat bersyukur.. Aku sangat berbangga..
Aku sangat bahagia bisa menjadi bahagian orang-orang berdaya.
Lalu kembali, kuatkan aku, mampukan aku, bimbinglah aku..
Untuk tetap dalam jalanMu dan selalu kembali padaMu.

Komentar